Senin, 17 Maret 2014

Antisipasi Pelemahan Ekonomi Asia

Antisipasi Pelemahan Ekonomi Asia

Firmanzah  ;   Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
KORAN SINDO,  16 Maret 2014
                                      
                                                                                         
                                                                                                             
Sepanjang triwulan akhir 2013 hingga awal 2014, beberapa kekuatan ekonomi Asia mengalami pelemahan, di antaranya Jepang, India, dan China.

Ketiga negara tersebut selama ini dipandang sebagai penggerak ekonomi global, khususnya di kawasan Asia. Melemahnya ekonomi Jepang, China, dan India mengirim sinyal kompleksitas pemulihan global yang semakin tinggi. Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia belum berhasil menunjukkan kinerja terbaiknya pascakrisis 2008.

Defisit transaksi berjalan Jepang semakin dalam seiring kinerja perdagangan yang juga memburuk. Ekonomi Jepang pada kuartal terakhir 2013 hanya bertumbuh 0,7% atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 1%. Adapun defisit transaksi berjalan mencapai 1,59 triliun yen (USD15,4 miliar) yang sebagian besar diakibatkan laju impor yang jauh melebihi ekspor. Di sisi lain China dan India yang sepanjang 2009–2011 menjadi katalisator pertumbuhan Asia dan dunia masih tertekan oleh kinerja ekonomi domestiknya.

India pada triwulan terakhir 2013 hanya mampu tumbuh 4,7% dan sepanjang 2012–2013 hanya tumbuh kurang dari 5%. Ini jauh dari kinerja sebelumnya yang mampu mencapai 8–9% pada periode 2008–2010. Inflasi yang meroket di India memaksa bank sentral India menaikkan suku bunga acuan beberapa waktu lalu ke level 8%. Nilai tukar rupee juga terus tertekan sepanjang triwulan akhir 2013 hingga awal 2014. Di sisi lain, upaya rebalancing pertumbuhan China juga belum menunjukkan hasil menggembirakan.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tahun 2014 ditargetkan berada pada level 7,5% atau lebih rendah dari target sebelumnya 7,7%. Perlambatan ini dipandang sebagian kalangan sebagai imbas dari perubahan strategi pertumbuhan China sehingga terjadi beberapa penyesuaian yang berdampak pada laju ekonomi domestik. Kendati demikian, pada periode Januari–Februari 2014, sejumlah indikator ekonomi China relatif menurun yang memicu spekulasi sulitnya pertumbuhan 7,5% dicapai hingga akhir tahun. Bahkan sejumlah analis memperkirakan pada kuartal I/2014 pertumbuhan ekonomi China berada di bawah 7,5%.

Data industri manufaktur China hanya tumbuh 8,6% di bawah target 9,5% dan merupakan kinerja industri terburuk dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan investasi aset tetap mencapai level terendah sepanjang 13 tahun terakhir sebesar 17,9% atau lebih kecil dari proyeksi 19,4%. Neraca perdagangan China juga menunjukkan anjloknya kinerja perdagangan pada Februari 2014 dengan defisit mencapai USD22,9 miliar (bulan sebelumnya surplus USD31,9 miliar).

Ekspor tumbuh negatif 18,1%, sementara impor tumbuh positif 10,1%. Otoritas keuangan China juga melansir besaran dana pinjaman yang disalurkan periode Februari 2014 sebesar 644,5 miliar yuan atau lebih rendah dari 1,32 triliun yuan pada Januari 2014. Kondisi ini menjadi jawaban dari melemahnya permintaan komoditas China akibat memburuknya sejumlah indikator ekonomi negara itu.

Hal ini tentu memberikan dampak yang signifikan terhadap permintaan komoditas global mengingat China merupakan salah satu negara dengan permintaan komoditas terbesar selama 10 tahun terakhir. Bagi Indonesia, pelemahan ekonomi Asia, khususnya China, mendorong terus dilakukannya penguatan struktur dan fundamental perekonomian. Sepanjang 2013 hingga awal 2014, pemerintah terus mendorong sejumlah kebijakan ekonomi sebagai stimulus untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kinerja ekonomi domestik.

Pada 2013, ekonomi nasional tertekan oleh melebarnya defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, dan ancaman risiko inflasi. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi secara bertahap masing-masing paket pertama pada Agustus 2013 dan paket kedua Desember 2013. Paket kebijakan ekonomi ini diarahkan untuk memperkokoh fundamental ekonomi dan upaya mitigasi risiko ketidakpastian global yang semakin kompleks.

Paket pertama dilakukan melalui upaya perbaikan neraca transaksi berjalan, penguatan nilai tukar, menjaga pertumbuhan ekonomi, memperkuat daya beli masyarakat dan tingkat inflasi, serta menstimulasi investasi. Sementara paket kedua ditempuh dengan mengedepankan perbaikan neraca perdagangan melalui pengurangan impor barang konsumsi dan mendorong nilai ekspor melalui peraturan kemudahan impor tujuan ekspor. Paket ini diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan dan mempersempit defisit neraca transaksi berjalan.

Kedua paket itu telah menghasilkan sejumlah perbaikan yang menggembirakan, termasuk penguatan fundamental yang sedang berlangsung saat ini. Inflasi sepanjang 2013 dapat dikendalikan dan ditekan ke level 8,3%, nilai tukar rupiah terus menguat, dan iklim investasi terus membaik. Memang beberapa target dari paket kebijakan masih menyisakan sejumlah tantangan seperti perbaikan neraca transaksi berjalan yang belum optimal dari kedua paket tersebut.

Untuk itu, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan paket kebijakan ekonomi ketiga yang fokus pada penyeimbangan neraca pembayaran dan perbaikan neraca transaksi berjalan. Paket kebijakan ekonomi ketiga itu akan diarahkan untuk memperbesar dan menahan aliran modal tetap berada di pasar domestik. Paket tersebut akan mengatur lebih lanjut repatriasi keuntungan investor asing sehingga dapat diinvestasikan kembali di Indonesia.

Relaksasi investasi ini diharapkan dapat memperkecil defisit neraca transaksi berjalan sekaligus menstimulasi investasi lainnya yang distribusinya akan diarahkan pada pembangunan sektor riil. Tentunya revisi daftar negatif investasi (DNI) tetap mengedepankan kepentingan nasional serta terus mendorong pengusaha lokal untuk lebih berperan dalam sistem perekonomian nasional.

Paket kebijakan ekonomi ini tentu sangat diharapkan dapat semakin memperkokoh struktur fundamental ekonomi nasional yang kini terus menguat seiring dengan bekerjanya paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pada 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar