Kamis, 23 Mei 2013

Puak Melayu Terkoyak


Puak Melayu Terkoyak
S Sinansari Ecip ;  Wartawan Senior
REPUBLIKA, 22 Mei 2013


Kembali menangnya koalisi Pemerintah Barisan Nasional (BN) atas koalisi pembangkang (oposisi) Pakatan Rakyat (PR) oleh Globalresearch.org pada 9 Mei 2013 dinilai sebagai gagalnya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memenangkan pertarungan di Malaysia. AS banyak berhasil mengatur negara-negara lain. Namun, di Malaysia mereka gagal.

Pilihan raya (pemilu) 2013 di Malaysia sudah usai. Kita di Indonesia yang menontonnya, bahkan ikut spot jantung. Pengumuman sementara menunjukkan BN memenangi anggota parlemen federal (133 kursi) berbanding 89 kursi untuk PR yang dipimpin Anwar Ibrahim. Perolehan kursi parlemen pada pemilu sebelumnya (2008) adalah 140 berbanding 82 kursi.

Pemilih Melayu (100 persen Muslim) kurang lebih 60 persen dari pemilih nasional. Puak Melayu terpecah dalam dua kekuatan politik, yakni BN dan PR. Sebagian besarnya berada di BN. Kalangan Melayu yang berada di PR dahulunya juga berada dalam BN, kemudian hengkang mengikuti langkah Anwar Ibrahim. Pemerintah menganggap Anwar dibiayai dan dipengaruhi luar negeri.

Koalisi oposisi PR berkampanye tentang pemilu bersih. Mereka melawan rasuah (korupsi) yang sebagian masih dilakukan oleh kekuasaan pemerintah yang sekarang meski sudah berkurang. PR berhasil memengaruhi pemilih pemula yang jumlahnya antara tiga hingga empat juta. Itu artinya, pemilih baru ini kurang lebih 1/4 -1/3 pemilih nasional. 

PR sejak awal sudah mengancam. Kalau mereka kalah, akan demo besar-besaran menolak hasil pemilu. Itu antara lain sudah dilakukan di Selangor dan Penang. Alasannya, mereka mendapat bukti bahwa pelaksanaan pemilu tidak jujur. Tentu saja mereka tidak menolak ketakjujuran di "negeri-negeri" (negara bagian) yang dimenangkannya. 

BN disokong oleh tiga partai terbesar perolehan kursinya, yakni The United Malays National Organization (UMNO), The Malaysian Chinese Association (MCA), dan PBB. Pada hasil Pemilu 2008, BN masih kuat, tetapi kehilangan mayoritas 2/3-nya. Perdana menterinya ialah Najib Tun Razak dan timbalannya (wakil) Muhyiddin. Keduanya dari UMNO.

PR hanya disokong oleh tiga partai, yaitu Democratic Action Party (DAP), Pan-Malaysian Islamic Party (PAS), dan Peoples' Justice Party (PKR), partai politik pimpinan Anwar Ibrahim. Negeri yang dimenangkan PR adalah Penang, Kedah, Kelantan, dan Selangor. 

Menurut etnis, kalangan Cina berjumlah 25 persen. Ini adalah etnis kedua besar setelah Melayu. Mereka beragama Buddha. Sisanya adalah India yang beragama Hindu. Ketiga etnis tersebut mewarnai kehidupan di Malaysia dari berbagai bidang. BN yang memenangkan Pemilu 2013 masih mengendalikan pemerintahan meski kursi parlemen federalnya berkurang. Najib Tun Razak sudah dilantik menjadi perdana menteri.

PR dan Barat

Di banyak bagian dunia, AS mempunyai negara-negara yang dianggap mitra. Di ASEAN pun AS menggalang teman atau sekutu, termasuk dengan Indonesia. Mula-mula teman itu lemah karenanya harus dibantu. Tentu bantuan tersebut keluar karena ada udang di balik batu. 

Motif dan tujuannya sekaligus merupakan manfaat secara ekonomis, misalnya penguasaan bahan mentah dan pasar. Untuk ke arah sana, harus sering melalui proses politik yang kacau, lalu diikuti demokratisasi versi Barat. Tidak jarang ada perubahan pada kepemilikan saham.
Sudah bukan rahasia PR sangat dekat dengan AS dan sekutunya. Justru dice- maskan bila Anwar Ibrahim menang, akan membuka secara resmi Kedutaan Israel di Kuala Lumpur yang selama ini tabu. Pada giliran berikutnya, Palestina tidak akan disokong oleh Malaysia. 

Kehadiran agen-agen Barat dan sekutunya ada di Malaysia. Pergerakannya bisa melalui sejenis LSM yang memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia setelah perubahan 1998, LSM dari luar negeri juga berdatangan. Selain itu, mereka juga bertopeng sebagai konsultan.

Pembuatan pasal-pasal pada undang-undang disusupi kepentingan mereka. Konon, ada 20 undang-undang yang mereka pengaruhi. Mereka bahkan sampai numpang berkantor di gedung wakil rakyat di Senayan. Dikhawatirkan oleh puak Melayu di BN, PR penuh mendukung rancangan aturan atau undang-undang yang membebaskan perilaku gay dan lesbian, kemurtadan agama, dan penggunaan istilah "Allah" untuk kalangan non-Muslim. Demikian juga, penggunaan minuman beralkohol lebih bebas meski di negara bagian yang penduduk dan penguasanya Muslim. 

Akan terjadi konflik dalam batin puak Melayu yang mendukung PR. Di satu pihak aturan agama (syariah) harus dijaga dan dilaksanakan, di lain pihak secara politik untuk kepentingan duniawi, mereka harus memilih PR. Logika duniawi mereka akan menentukan pilihan, bukan sebaliknya.

Sebagian penduduk Indonesia menganggap Anwar Ibrahim dianiayai pemerintah. Orang Indonesia mudah jatuh kasihan kepada mereka yang teraniaya, apa pun sebabnya. Agak terlalu pribadi koalisi kekuasaan menyerang Anwar Ibrahim yang dikaitkan dengan sodomi. Pengadilan pun membebaskan Anwar. 

Sebagian besar simpatisan Anwar Ibrahim di Indonesia tidak memahami politik oposan Malaysia itu. Karena Anwar meneriakkan "reformasi" dan "perubahan", seperti di Indonesia, menjelang jatuhnya Soeharto, maka simpati yang didapatnya. Mereka tidak mencari tahu kekuatan ekonomi apa yang berada di belakang Anwar. Anwar cenderung meminta bantuan Bank Dunia dan IMF, yang ditentang Mahathir.

Mahathir pun melanjutkan langkah ekonominya dan menunjukkan keberhasilan yang mencolok. Kehidupan sejahtera dirasakan masyarakat tanpa di arahkan oleh kekuatan luar negeri. Keberhasilan ini untuk masa depan yang dekat sehingga perlu ditingkatkan dan ditinggalkan serangan pribadi kepada Anwar.
Kalangan bumi putra (Melayu) merupakan penyokong-penyokong kuat di kedua koalisi. Bila dilihat dari pengaruh luar negeri, mereka, terutama penyokong BN, tidak akan suka dengan AS dan Israel. Kalangan Melayu di PR mungkin tidak melihat dari sisi itu. 

Puak Melayu yang besar akan sangat kuat jika menjadi satu. Tetapi, kekuatan dari luar negeri tidaklah suka Melayu bersatu. Kursi politik memecah mereka.
Alangkah bersyukurnya manakala Islam dapat mempersatukan mereka kembali dari kedua sisi: ukhrawi dan duniawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar