Selasa, 18 Maret 2014

Membaca Realitas Zaman

Membaca Realitas Zaman

Benny Susetyo  ;   Seorang Pastor
KORAN JAKARTA,  19 Maret 2014
                                            
                                                                                         
                                                                                                             
Dalam sebuah kampanye PDIP ada spanduk bertuliskan "Terima Kasih, Ibu Megawati adalah Negarawan Sejati". Kebesaran jiwa Megawati membawa bangsa ini memiliki harapan akan muncul sang fajar sejati.

Di tangan Megawati lahir generasi baru anak muda yang memiliki potensi merajut Indonesia raya.

Cita-cita Proklamasi dengan tegas menyatakan tujuan bernegara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam pergaulan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Cita-cita ini menjadi pudar karena tata kelola pemerintahan masih dibayangi korupsi yang merusak keadaban bangsa karena membuat rakyat menjadi miskin.

Rakyat merindukan pemimpin yang memiliki jiwa proklamasi, mampu mengantar bangsa menuju keadaban publik. Keadaban publik akan tercipta bila ada fungsi silang negara, pasar, dan warga. Keadaban ini harus dijadikan cara berpikir, bertindak, berelasi. Persoalannya, bangsa kehilangan pemimpin berjiwa merdeka karena disandera kepentingan kapital dan kekuasan yang sempit.

Rakyat memperoleh darah segar ketika Megawati mencalonkan Jokowi sebagai presiden. Getaran sukma menjelma menjadi gairah publik dalam mencari pemimpin alternatif yang diharapkan mampu membawa Indonesia maju. Batin rakyat bisa terbaca dari hasil survei CIRUS Surveyor Group mengenai popularitas dan elektabilitas kandidat capres-cawapres.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menempati urutan pertama dengan suara 31,9 persen, disusul Prabowo Subianto (15,3 persen), dan Wiranto (8,7 persen). Survei dilakukan dengan metode wawancara lansung dengan 2.200 responden berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah dan punya hak pilih.

Ini menunjukkan kerja PDIP, harus diakui, memiliki andil besar, terutama Megawati dengan kesabaran, ketekunan, serta perjuangan membesarkannya. Megawati memunyai andil besar mempersiapkan jalan bagi anak muda tampil di permukaan menghiasi negeri. Visi politik yang jelas dengan kesadaran nasionalisme membuat bangsa mampu berdikari di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.

Jalan politik inilah yang ditempuh Megawati sebagai jalan kebudayaan menciptakan keadaban bangsa. Di tangan Megawati lahir Jokowi, Ganjar, Risma, Puan, serta banyak lagi kader bangsa. Mega memahami dinamika masyarakat yang membutuhkan pemimpin pelayan. Orientasi agar partai membaca realitas zaman.

Di tengah fakta semakin elitisnya para pemimpin, rakyat menunggu era baru pemimpin yang mengerti penderitaan bangsa. Pemimpin yang dekat dengan rakyat bukan hanya dalam kata-kata, melainkan juga aksi nyata. Pemimpin yang memahami sekaligus bisa mengajak rakyat bahu-membahu menegakkan harga diri sebagai bangsa.

Masyarakat membutuhkan figur baru kepemimpinan yang bersungguh-sungguh memperjuangkan harkat dan martabat rakyat kecil. Pemimpin yang memiliki spirit wong cilik, tidak pongah, dan sombong, hanya membangun citra baik.

Rakyat membutuhkan pemimpin yang bukan semata-mata melayani kebutuhan orang kaya, namun melindungi dan memperjuangkan perubahan kehidupan lebih baik baik bagi orang miskin. Pemimpin dengan karakter kuat untuk menyelamatkan nasib bangsa.

Mereka adalah pemimpin yang bukan saja dekat dengan rakyat, melainkan juga melindungi dan selalu bersama-sama rakyat. Mereka tidak berperilaku dan bergaya feodal, tidak berkomunikasi dengan gaya doktrinal, serta menjadi pemimpin bijaksana dan berani melawan kenyataan penindasan kaum kecil.

Alternatif

Di antara banyak calon pemimpin di permukaan, akhir-akhir ini, bangsa ini yakin memiliki pemimpin yang bisa membawa Indonesia lebih berharga diri dan lebih baik. Rakyat sudah cerdas dan tidak lagi bisa dikelabui janji-janji manis tanpa bukti. Para calon pemimpin harus membuktikan diri dengan kerja nyata, bukan omdo. Pemimpin harus beraksi nyata dan berkarakter melayani. Inilah pemimpin alternatif.

Dia yang selama ini dipandang sebelah mata, kehadirannya akan memberi pembanding atas pemimpin-pemimpin yang selama ini hanya memperjuangkan kaum kaya dan pengusaha hitam. Rakyat hanya dijadikan kedok alias tameng untuk pencitraan diri yang tidak bermakna apa pun bagi perubahan kehidupan masyarakat. Bangsa membutuhkan pemimpin yang bisa memberi kesegaran baru berbangsa di tengah kehidupan yang semakin sulit.

Kenaikan harga-harga dan semakin sulitnya mendapat pekerjaan, kemiskinan tambah berat, merupakan problem yang memperlihatkan bahwa kesejahteraan masih jauh. Semua itu sering kali akibat pemimpin yang terlalu mudah menggadaikan aset-aset bangsa. Kemandirian bangsa pun semakin hanya sebuah mimpi.

Masyarakat membutuhkan darah segar agar muncul orang baik. Partai politik yang berkualitas akan memiliki keadaban publik sebagai energi positif. Inilah realitas zaman segera diwujudkan di tengah-tengah kegelapan karena lingkaran korupsi yang membuat bangsa ini menjadi miskin dan hilang harga diri.

Selama ini, masyarakat hidup dalam sekat kesukuan dan keagamaan. Semoga pemilu kali ini bisa memberi harapan menemukan satu orang benar yang akan menyelamatkan negeri.

Harapan sudah dekat. Tinggal rakyat mampu membaca realitas zaman atau tidak. Zaman membutuhkan pemimpin berjiwa visioner dan memiliki ideologi tidak korup, tidak menjual kekayaan alam untuk kepentingan kelompok, dan tidak memperkaya diri sendiri. Jiwa ideologi ini hanya tertanam dalam diri pemimpin berjiwa merdeka.

Saatnya rakyat memilih pemimpin terbaik yang melayani rakyat dengan tulus dan mau berbagi dalam suka-duka. Dia harus memiliki mata hati dan keteladan. Bangsa membutuhkan pemimpin yang mampu membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Hal ini mengingat sudah cukup lama Indonesia mengalami krisis kepemimipinan.

Menjadi hal yang kontradiktif ketika para pemimpin bangsa mengumbar janji dan berbicara tentang moralitas, namun tak ada implementasi. Keteladanan sudah langka. Seorang pemimpin harus memiliki karakter baik dan bisa diteladani. Dia harus memprioritaskan kepentingan rakyat kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar