Selasa, 18 Maret 2014

“Demarche” untuk YM PM Najib Razak

“Demarche” untuk YM PM Najib Razak

Rene L Pattiradjawane  ;   Wartawan Senior Kompas
KOMPAS,  19 Maret 2014
                         
                                                                                         
                                                                                                             
KEPADA YM Perdana Menteri Najib Razak.

Kita di Indonesia merasa prihatin dan turut belasungkawa sedalam-dalamnya atas musibah yang dialami pesawat terbang flag-carrier milik Malaysia Airlines MH370 yang membawa 239 penumpang dalam penerbangan Kuala Lumpur-Beijing pada tanggal 8 Maret lalu. Seluruh dunia, YM Perdana Menteri Najib Razak, terpusat pada negara Anda berharap memperoleh penjelasan atas musibah tersebut.

Kita pun merasa perlu untuk menulis demarché ini secara terbuka, karena dalam pesawat MH370 membawa banyak warga negara Tiongkok paling banyak mencapai 153 orang, juga terdapat warga negara Indonesia yang keluarganya pun menunggu kepastian dari YM PM Razak. Keterangan YM PM di hadapan para wartawan dunia pada hari Sabtu (15/3) lalu tidak memberikan penjelasan memadai atas apa yang terjadi terhadap pesawat MH370 tersebut.

Kita pun khawatir, para sanak keluarga penumpang MH370 di Tiongkok yang tidak puas dengan penjelasan pihak Malaysia bisa menyebabkan ”kekecohan” karena ancaman mereka melakukan mogok makan sampai pemerintah Anda memberikan informasi sejelasnya tentang raibnya MH370 tersebut. Sebagai negara tetangga dekat, Indonesia merasa ”terbabit” dengan hilangnya MH370.

Dalam demarché secara terbuka kita ingin mempertanyakan apa hambatan YM Perdana Menteri mengungkapkan misteri MH370 yang tidak ditemukan ”cebisan bangkai” pesawatnya? Bagaimana sebenarnya YM PM Razak bisa mengetahui informasi munculnya sinyal dari MH370 di dua koridor Gival dan Vampi secara bersamaan menentukan posisi terakhir MH370?

Kita paham, ada rahasia negara tidak bisa diungkapkan berkaitan sistem pertahanan udara negara Yang Mulia, apalagi mengungkapkan kemampuan radar militer di pangkalan Butterworth di seberang Pulau Penang. Kita pun paham, ada standar prosedur perusahaan penerbangan seperti kalimat terakhir kopilot Fariq Abdul Hamid yang berucap, ”All right, good night” sebagai isyarat kepada pengawas udara di darat.

Kita khawatir raibnya MH370 mendorong beberapa faktor yang akan mengubah berbagai persoalan bilateral, regional, maupun multilateral. Pertama, kalau keberadaan MH370 tidak terungkap, seperti yang pernah ditulis di harian ini hari Minggu (16/3), akan ada desakan menyatakan wilayah udara di sekitar Malaysia sebagai ”unsafe air” bagi penerbangan yang selama ini menjadi alat transportasi paling aman dinikmati semua orang.

Faktor kedua, akan banyak spekulasi yang bermunculan, misalnya, apakah kemampuan radar Malaysia tidak secanggih radar Singapura yang bisa mendeteksi sekitar 2.000 kilometer kejatuhan sejauh Adam Air di Sulawesi Selatan tahun 2007? Kenapa ”otoriti” Singapura bungkam seribu bahasa?

Yang Mulia PM Razak, apa pun informasi yang ada sebaiknya tidak ”dirahasiakan” karena keluarga kita membutuhkan kepastian nasib orang-orang yang mereka cintai. Kalau memang MH370 raib ditelan bumi, biarkan informasi ini menjadi satu-satunya kebenaran sehingga pembuat Boeing 777, mesin pesawat Rolls-Royce, ataupun industri perusahaan penerbangan dunia memperbaiki ”kesilapan” pesawat MH370 tersebut.

Mudah-mudahan YM PM Razak bisa menerima seruan demarché terbuka ini sehingga kita harus takut dan khawatir dalam perjalanan penerbangan kita ke mana pun di dunia ini.

Dari sahabat Yang Mulia di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar